Kalau ngomongin musisi Indonesia yang vibes-nya paling chill, paling effortless keren, dan lagunya paling sering jadi soundtrack hidup anak muda sejak 2019, jawabannya cuma satu: Pamungkas.
Tapi dari semua hits yang dia punya, ada satu lagu yang bisa dibilang jadi “The Game Changer” dalam kariernya, bahkan sampai hari ini: “To The Bone”.
Lagu yang rilis tahun 2018 di album Flying Solo ini awalnya cuma diputar di kalangan pendengar setia Pamungkas. Namun, begitu lagu ini viral masif di tahun 2020-2021 (terutama di TikTok dan playlist Spotify), “To The Bone” langsung jadi fenomena. Lagu ini bukan cuma lagu cinta biasa, ini adalah anthem global buat semua orang yang lagi bucin (budak cinta) akut.
Kenapa sih lagu dengan lirik Bahasa Inggris yang sebenarnya sederhana ini bisa sebegitu nampol-nya di Indonesia? Kenapa dia berhasil bikin kita semua ketagihan dengerin suara Pamungkas yang khas itu? Kita akan bongkar total kenapa “To The Bone” adalah masterpiece dan ngulik fakta-fakta seru di balik si chill Pamungkas.
Mengurai Magic “To The Bone”: Kenapa Dia Begitu Spesial?
“To The Bone” itu ibarat kopi hangat di pagi hari yang dingin. Simpel, menenangkan, tapi bikin candu. Lagu ini punya komposisi yang minim effort tapi maksimal impact.
- Vibe Dreamy dan Bedroom Pop yang Bikin Nyaman
Pertama, mari kita bahas vibe-nya. Lagu ini masuk dalam kategori Indie Pop atau bahkan Bedroom Pop. Karakteristik utamanya:
1. Aransemen Minimalis: Lo nggak bakal dengerin instrumen yang heboh atau over-produced. Cuma ada dentingan gitar akustik yang lembut, beat drum yang santai, bassline yang groovy, dan sentuhan synth yang dreamy. Kesan yang didapat: intim dan dekat. Ini bikin kita merasa Pamungkas lagi nyanyi tepat di sebelah telinga kita.
2. Lirik Super Bucin: Frasa kunci seperti “I wanna be with you to the bone” itu langsung nyantol di kepala. Artinya? Aku mau sama kamu sampai ke tulang, sampai ke inti. Ini adalah ultimate declaration of love yang sangat tulus dan jujur, tanpa basa-basi puitis yang ribet. Sederhana, tapi ngena banget buat generasi yang lebih suka komunikasi yang direct.
3. Vokal yang Whispery dan Khas: Suara Pamungkas itu nggak teriak-teriak. Dia nyanyi dengan nada rendah, sedikit berbisik (whispery), dan santai banget. Vokal ini berhasil menciptakan atmosfer rileks yang jarang ditemukan di lagu pop Indonesia lain. Vokal ini juga yang bikin “To The Bone” sempurna buat driving, ngopi, atau lagi galau ringan di malam hari.
- Momen Viral di Tahun 2020-2021: Kekuatan TikTok
Lagu ini sebenarnya rilis 2018, tapi baru meledak dua tahun kemudian. Kenapa? Jawabannya TikTok.
1. Sound untuk Konten Aesthetic: Di masa pandemi, sound “To The Bone” mulai dipakai buat video-video aesthetic, slow motion, atau konten bucin yang lagi kangen pacar. Vibe lagunya yang mellow tapi groovy itu pas banget buat background video-video santai.
2. Efek Bola Salju: Begitu satu video viral, jutaan pengguna lain ikut memakai sound yang sama. Secara instan, lagu ini menembus chart utama Spotify, bahkan berhasil mengalahkan lagu-lagu mainstream dari musisi besar lain.
3. Pamungkas Jadi Keyword Baru: Berkat viral ini, orang-orang Indonesia mulai mencari tahu, “Siapa sih yang nyanyi lagu ini?”. Pencarian di Google dan YouTube melonjak drastis, menjadikan Pamungkas sebagai Musisi Indie Paling Dicari saat itu.
Intinya, “To The Bone” adalah bukti bahwa di era digital, sebuah karya berkualitas bisa menemukan jalannya sendiri ke hati pendengar tanpa perlu promosi masif dari label besar. Yang dibutuhkan hanyalah konten yang relate dan sound yang nyantol.
Pamungkas: Lebih dari Sekadar “To The Bone”
Meskipun “To The Bone” yang membuatnya meledak, Pamungkas (nama lengkap Pamungkas Rizki) punya cerita karier yang panjang dan menarik. Dia bukan musisi yang muncul tiba-tiba.
- Karier yang Dibangun Perlahan dan Mandiri
Pamungkas adalah contoh musisi Indie Sejati. Dia membangun semuanya dari nol dengan caranya sendiri:
1. Mengurus Semuanya Sendiri: Sebagian besar karya Pamungkas, terutama di awal karier, diproduksi, diaransemen, bahkan dicampur (mixing) oleh dia sendiri. Dia punya kontrol penuh atas kualitas dan arah musiknya. Ini nunjukin banget semangat DIY (Do It Yourself) di dunia musik indie.
2. The Boy Who Cried Wolf (2017): Album debutnya ini langsung mendapat pujian kritis. Lagu-lagu seperti “I Love You But I’m Letting Go” dan “Mata Hati” sudah menunjukkan signature Pamungkas: lirik yang jujur dan melodi yang easy listening. Album ini sudah memberinya fanbase yang solid, sebelum akhirnya “To The Bone” meledak.
3. Label Sendiri: Pamungkas mendirikan label rekaman independennya sendiri, Mas/Mas Records. Hal ini memberinya kebebasan penuh untuk merilis karya sesuai visinya, tanpa intervensi pihak luar. Ini adalah impian banyak musisi indie! - Fakta Unik dan Inspiratif Tentang Pamungkas
Di balik image santai dan cool-nya, Pamungkas punya beberapa fakta menarik yang jarang diketahui:
1. Penyandang Disabilitas Dengar: Pamungkas pernah menderita kekurangan pendengaran di usia muda, yang memaksanya memakai alat bantu dengar. Ini ironis, mengingat dia adalah seorang musisi. Namun, hal ini justru tidak menghalanginya, malah mungkin memberinya perspektif unik dalam merangkai musik. Dia membuktikan bahwa batasan fisik bukanlah penghalang untuk berkarya.
2. Terinspirasi dari John Mayer hingga The Beatles: Musiknya adalah perpaduan yang unik antara folk pop ala John Mayer, rock n’ roll klasik, dan sentuhan melodi ala The Beatles. Ini yang membuat musik Pamungkas terdengar akrab tapi tetap orisinal.
3. Gaya Penampilan Ikonik: Pamungkas dikenal dengan gayanya yang khas: kemeja longgar, celana ketat, dan kacamata bulat. Penampilannya ini ikut memperkuat persona musisi indie yang cool dan nyentrik.
4. Mahir Bermain Banyak Instrumen: Dia bukan cuma vokalis, tapi juga gitaris yang handal, pianis, dan sering memainkan synth. Kemampuannya menguasai berbagai instrumen inilah yang memungkinkannya memproduksi lagu-lagunya secara mandiri.
BACA ARTIKEL MENARIK LAIN NYA SEPUTAR DUNIA MUSIK DISINI
Melampaui “To The Bone”: Lagu Hits Lain yang Wajib Didengar
Meskipun “To The Bone” sudah jadi trademark, sayang banget kalau kamu nggak ngulik lagu Pamungkas lainnya. Beberapa hits ini membuktikan Pamungkas adalah produser lirik dan melodi yang brilian:
- I Love You But I’m Letting Go (2017)
Ini adalah lagu galau paling elegan. Liriknya tentang menerima kenyataan bahwa ada kalanya cinta harus dilepaskan demi kebaikan. Lagu ini vibe-nya sangat folk akustik, cocok buat soundtrack saat lagi move on dengan damai. - One Only (2018)
Lagu bucin lain yang lebih jazzy dan groovy. Melodi lagunya lebih catchy dan punya bassline yang bikin kita nggak bisa diam. Kalau “To The Bone” buat ngopi, “One Only” ini buat nge-date sore-sore. - Closure (2019)
Lagu yang lebih upbeat dan menunjukkan sisi rock Pamungkas. Liriknya juga lebih kuat, tentang mencari penutup atau closure dari sebuah hubungan yang menggantung. Ini membuktikan dia nggak cuma jago bikin lagu mellow. - Kenangan Manis (2018)
Salah satu lagu berbahasa Indonesia yang paling disukai. Lagunya ringan, ceria, dan sangat pas buat mengenang masa-masa PDKT atau awal pacaran yang penuh tawa. Ini adalah sisi Pamungkas yang paling pop dan happy. - Jealousy (2020)
Lagu dari album Solipsism yang punya aransemen lebih eksperimental dan synth-nya lebih dominan. Lagunya sedikit lebih “berat” tapi liriknya tetap tentang perasaan manusia yang paling jujur, dalam hal ini cemburu.
Pamungkas dan Representasi New Wave Musisi Indonesia
Pamungkas bukan hanya musisi sukses; dia adalah simbol dari gelombang baru musisi Indonesia yang sukses tanpa harus mengikuti format industri lama.
- Otentisitas yang Menang: Dia menjual dirinya apa adanya. Nggak ada drama yang dibuat-buat, nggak ada gimmick yang lebay. Otentisitasnya ini yang justru dicari oleh pendengar muda yang capek sama konten yang terkesan fake.
- Keberanian Berbahasa Inggris: Keputusannya untuk sering menggunakan lirik berbahasa Inggris membuktikan bahwa pasar musik Indonesia sudah sangat terbuka terhadap lirik internasional, asalkan melodinya nyampe. Ini membuka jalan bagi banyak musisi muda lain untuk nggak takut berkarya dengan bahasa apa pun.
- Timeless Quality: Sama seperti lagu-lagu legendaris Dewa 19, lagu-lagu Pamungkas punya kualitas timeless. “To The Bone” yang rilis 2018 masih didengarkan jutaan kali di 2025. Ini adalah tolok ukur sukses yang sesungguhnya.
Penutup: To The Bone, To The Top
Pada akhirnya, “To The Bone” adalah lebih dari sekadar lagu bucin yang viral. Ini adalah pembuktian bahwa musik jujur, diproduksi dengan integritas, dan punya vibe yang relate bisa menembus batas. Pamungkas berhasil membuktikan diri sebagai indie darling Indonesia yang kariernya nggak cuma numpang lewat.
Jadi, setelah kita bongkar tuntas, lagu Pamungkas mana nih yang paling nyantol di playlist kamu selain “To The Bone”?


