Top 5 Kriteria Lagu Yang Viral Dan Di Sukai Gen-z

Kalau ngomongin musik, Gen Z (yang lahir sekitar 1997–2012) seleranya unik banget, deh. Mereka nggak cuma dengerin lagu dari radio atau TV aja, tapi juga dari TikTok, Spotify, YouTube Shorts, sama soundtrack game favorit mereka

Playlist mereka itu kayak mix tape gado-gado: ada lagu tahun 90-an yang throwback, lagu Korea yang ngena banget, sound TikTok yang random, sampai lagu pop lokal yang lagi hype.

Kenapa lagu-lagu ini yang dipilih? Kenapa bisa viral? Dan kenapa mereka bisa relate banget sama lirik-lirik tertentu? Yuk, kita bedah habis playlist rahasia Gen Z yang bikin vibing setiap hari!

FENOMENA TIKTOK: GERBANG UTAMA VIRAL

Nggak bisa dipungkiri, kalau sebuah lagu mau jadi Lagu Pilihan Para Gen Z, gerbangnya cuma satu: TikTok. Aplikasi ini bukan cuma tempat joget, tapi sudah jadi platform promosi musik paling kuat di dunia.

  • Kekuatan 15 Detik (The Viral Hook)
    Gen Z punya rentang perhatian yang pendek dan cepat banget berubah. Sebuah lagu harus bisa “menangkap” perhatian mereka dalam 15 sampai 30 detik pertama. Itu namanya The Viral Hook.

    – Spekulasi Cerdas: Para music producer sekarang nggak lagi mikir “lagu yang bagus,” tapi mikir “bagian mana dari lagu ini yang paling catchy untuk dijadikan sound TikTok?”

    – Lirik yang Quote-able: Lirik yang gampang di-quote atau diucapkan ulang. Misalnya lirik yang berisi savage comment, self-deprecating humor (humor merendahkan diri), atau kalimat puitis yang relate sama quarter-life crisis.

    – Transisi yang Sempurna: Lagu-lagu yang dipilih seringkali punya beat yang pas buat transisi video, entah itu transisi dari glow-up atau transisi dari realita ke ekspektasi.

    – Dance Challenge yang Gampang: Kalau lagunya punya gerakan dance yang simpel, unik, dan gampang ditiru (easy to learn, hard to master), otomatis lagu itu akan jadi sound wajib di FYP (For You Page) mereka. Contohnya kayak sound lagu K-Pop tertentu atau sound musik electronic yang random banget.
  • Sound yang Mewakili Mood (Estetika vs. Emosi)
    Gen Z menggunakan musik bukan cuma buat didengerin, tapi buat mewakili mood atau estetika video mereka.

    – Lagu Indie Lokal: Dipakai buat video aesthetic senja, coffee shop, atau ootd (outfit of the day) yang artsy. Ini mewakili mood “tenang tapi banyak pikiran.”

    – Lagu Pop Korea (K-Pop): Dipakai buat dance challenge, video unboxing, atau makeup tutorial yang enerjik. Ini mewakili mood “bersemangat dan trendy.”

ANALISIS GENRE PILIHAN: BUKAN CUMA POP BIASA

Playlist Gen Z itu kayak salad, isinya banyak banget genre yang dicampur aduk. Tapi ada beberapa genre yang selalu jadi langganan.

  • Dominasi Indie Pop dan Bedroom Pop
    Kenapa lagu-lagu indie lokal atau bedroom pop (musik yang terdengar seperti direkam di kamar) sangat disukai?

    Authenticity (Keaslian): Musik indie seringkali terdengar lebih jujur, tanpa polesan autotune yang berlebihan. Liriknya nggak fokus ke kisah cinta fairy tale, tapi lebih ke kegelisahan, keraguan diri, dan overthinking. Gen Z sangat menghargai keaslian ini. Mereka capek sama yang pura-pura sempurna.

    Vibe Chill: Ritme yang santai, melodi yang dreamy, dan instrumen yang minimalis cocok buat background belajar, kerja kelompok, atau sekadar bengong di kamar. Ini adalah soundtrack sempurna untuk coping mechanism mereka.
  • K-POP dan Global Pop (Wajah Baru Musik Dunia)
    Kehadiran K-Pop di playlist Gen Z sudah bukan lagi tren, tapi sudah jadi budaya.

    Visual Power: K-Pop menawarkan paket lengkap: lagu yang catchy, music video dengan sinematografi mahal, dan performance yang powerfull. Gen Z adalah generasi visual, dan K-Pop memenuhi kebutuhan visual mereka.

    Community Power: Menjadi fans K-Pop (seperti ARMY, Blink, dll.) artinya masuk ke komunitas global yang solid. Musiknya jadi pemersatu, dan aktivitas streaming atau voting bersama-sama adalah bagian dari identitas sosial mereka.
  • Nostalgia Era 90-an dan 2000-an (Kembalinya Throwback)
    Aneh tapi nyata, Gen Z yang lahir setelah tahun 2000-an justru suka banget lagu-lagu dari era 90-an atau awal 2000-an.

    Spekulasi Nostalgia: Kenapa ini terjadi? Karena bagi mereka, lagu-lagu jadul itu adalah musik yang aman dan timeless. Itu adalah soundtrack masa kecil orang tua atau kakak mereka. Lagu-lagu seperti band pop melayu lama, atau lagu emo/punk rock awal 2000-an, dianggap sebagai sesuatu yang fresh dan pure (murni) karena mereka nggak tumbuh besar dengan lagu itu. Ini jadi cara mereka untuk mengeksplorasi sejarah musik tanpa harus terbebani dengan drama masa lalu.

LIRIK SEBAGAI IDENTITAS DIRI: THE RELATABLE CODE

Bagi Gen Z, lirik itu penting banget. Itu adalah kode rahasia mereka untuk menyampaikan perasaan tanpa harus banyak bicara.

  • Lyrical Therapy (Terapi Lirik)
    Gen Z tumbuh di tengah tekanan sosial media dan isu kesehatan mental yang makin terbuka. Mereka mencari lirik yang bisa memvalidasi perasaan mereka, terutama tentang kecemasan, self-doubt, dan kesepian.

    Lirik Galau Beda Level: Galau Gen Z itu bukan cuma soal putus cinta, tapi soal merasa nggak cukup baik, takut gagal, atau bingung mau jadi apa. Lagu-lagu yang liriknya menyentuh tema ini langsung jadi anthem mereka. Mereka merasa, “Oh, ternyata ada orang lain yang ngerasain ini juga.”

    Lirik Tentang Self-Love: Lagu-lagu yang mendorong untuk mencintai diri sendiri (self-love) juga laris manis. Ini adalah counter dari semua body shaming dan standar kecantikan/kesuksesan yang dipromosikan di media sosial.
  • Bahasa Slang dan Hyperbole
    Lirik yang dipilih seringkali menggunakan bahasa yang sangat slang atau hyperbole (melebih-lebihkan) untuk efek dramatis atau komedi. Mereka nggak suka lirik yang terlalu puitis dan lebay ala puisi lama. Mereka suka lirik yang to the point, jujur, dan menggunakan bahasa sehari-hari.

    Spekulasi Konsumsi Cepat: Karena informasi datang sangat cepat, mereka butuh lirik yang bisa dicerna juga dengan cepat. Lirik yang straightforward dan jujur itu jauh lebih efektif daripada metafora yang berbelit-belit.
lagu

PERAN ALGORITMA: ALAMAT LENGKAP KE PLAYLIST

Kita harus akui, Algoritma adalah kurator playlist paling hebat saat ini. Bukan cuma teman, tapi bot yang menyarankan lagu.

  • Spotify dan TikTok Saling Membantu
    Algoritma Spotify merekomendasikan lagu berdasarkan apa yang sedang lo dengerin (misalnya genre indie) dan mood (misalnya focus atau chill).

    Spekulasi Dominasi Platform: Gen Z suka banget sama playlist acak dari Spotify (Discover Weekly, Daily Mixes). Ini membuat mereka terus terekspos dengan lagu-lagu baru yang relate dengan selera mereka, tanpa harus repot mencari sendiri. Algoritma ini menjamin bahwa kalau lo suka satu lagu A, lo pasti akan dikasih 10 lagu yang vibe-nya mirip. Ini memperkuat dominasi genre tertentu dalam playlist mereka.
  • Anti-Mainstream yang Mainstream
    Gen Z seringkali ingin merasa unik dan anti-mainstream. Mereka suka mencari lagu obscure atau dari musisi yang belum terkenal. Tapi ironisnya, begitu mereka share lagu itu di media sosial, lagu itu langsung viral dan jadi mainstream.

    Gen Z seringkali ingin merasa unik dan anti-mainstream. Mereka suka mencari lagu obscure atau dari musisi yang belum terkenal. Tapi ironisnya, begitu mereka share lagu itu di media sosial, lagu itu langsung viral dan jadi mainstream.

KESIMPULAN BESAR: THE GEN Z SOUND

Jadi, kalau dirangkum, lagu pilihan para Gen Z itu punya ciri-ciri spesifik:

– Ditemukan di TikTok: Punya hook yang bisa dibuat jadi sound visual.
– Jujur dan Mentah: Liriknya menyentuh kegelisahan pribadi (kecemasan, identitas, quarter-life crisis).
– Visual yang Kuat: Entah dari video klip yang aesthetic (Indie) atau performance yang powerfull (K-Pop).
– Melodi yang Vibing: Ritme yang chill, upbeat, atau dreamy, cocok buat background aktivitas mereka.

Intinya, musik bagi Gen Z bukan sekadar hiburan, tapi perpanjangan identitas, statement sosial, dan alat terapi yang bisa mereka bagikan ke seluruh dunia dalam 15 detik. Playlist mereka adalah cerminan dari generasi yang multi-tasking, overthinking, tapi tetap pengen vibing dengan jujur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *