Coba jujur, berapa banyak dari kalian yang tiba-tiba nyetel lagu dengan lirik bahasa asing (bukan Inggris) di playlist kalian? Kalian tahu lagu itu bukan dari chart global, bahkan musisinya pun kalian baru dengar namanya, tapi kok tiba-tiba lagu itu ada di mana-mana? Di kafe, di TikTok, jadi backsound video healing, bahkan dinyanyikan ulang oleh cover artist lokal dengan logat yang medok.
Ini adalah sebuah anomali budaya dan digital yang unik banget di Indonesia. Kita ini pasar yang aneh tapi asyik. Lagu-lagu yang biasa-biasa saja di Korea, Jepang, atau Filipina, begitu mendarat di server Indonesia, tiba-tiba langsung meledak jadi hits sejuta story Instagram.
Kenapa bisa begitu? Mari kita telusuri alasan-alasan di balik “sihir” viralitas ini.
Senjata Utama: Algoritma dan Ekosistem Media Sosial
Kita tidak bisa bicara viral tanpa menyebut TikTok dan Instagram Reels. Dua platform ini adalah portal gerbang utama menuju kesuksesan di Indonesia, bahkan untuk lagu asing yang tak terjamah.
- Lagu = Emosi Visual
Lagu asing yang viral seringkali memiliki melodi atau beat yang sangat ear-catchy dan, yang paling penting, sangat cocok untuk drama visual. Liriknya mungkin kita tidak mengerti (atau cuma mengerti satu-dua kata), tapi vibes lagunya itu universal.
Contoh lagu “gimme a light” milik K-Pop idol, Soyou. Lagu ini sebenarnya bukan title track utamanya dan tidak terlalu ngetop di Korea. Tapi begitu sampai di TikTok Indonesia, melodi dan beat-nya yang asyik dipakai untuk tren-tren dance atau video transisi yang keren. Begitu pula dengan lagu “Dynamite” dari BTS yang melahirkan banyak tantangan dance di seluruh dunia.
Platform seperti TikTok itu didominasi oleh konten mood dan emosi. Lagu yang viral adalah lagu yang bisa di-lip-sync, di-dance, atau jadi backsound dramatis tanpa harus repot-repot memikirkan terjemahan liriknya. Melodi adalah rajanya, dan lirik hanyalah pelayan.
- Kekuatan “Niche” yang Menjadi “Massive“
Algoritma TikTok dan Instagram sangat pintar dalam mendorong konten yang awalnya niche menjadi mass market. - Pola Viral:
Seseorang influencer besar menggunakan lagu asing yang bagus (mungkin karena dia sendiri memang penggemar musik niche). Pengikutnya (yang jumlahnya jutaan) ikut-ikutan. Algoritma melihat interaksi tinggi dan langsung berpikir: “Oh, ini lagu bagus untuk orang Indonesia!” - Efek Bola Salju:
Lagu itu langsung didorong ke For You Page (FYP) jutaan pengguna lain yang bahkan tidak mengikuti si influencer pertama. Dalam hitungan minggu, lagu yang awalnya hanya diketahui oleh segelintir penggemar K-Pop atau J-Pop garis keras, kini ada di telinga tukang kopi dan ojek online. Indonesia adalah pasar dengan populasi muda yang sangat aktif di medsos, membuat multiplier effect-nya bekerja gila-gilaan.
Senjata Rahasia: Kecocokan Kultur dan “Mood” Indonesia
Selain algoritma, ada alasan yang lebih dalam dan ngena banget: lagu itu cocok dengan DNA emosional masyarakat Indonesia.
- Kita Suka yang “Mendayu” dan “Melo”
Mari kita akui, secara umum, telinga Indonesia itu sangat cocok dengan melodi yang dramatis, mendayu, dan sedikit cengeng. Kita suka harmoni yang kaya dan progresi akord yang bikin hati nyut-nyutan.
Contoh Lagu: Lagu balada dari Asia Timur, seperti “Gurenge” dari LiSA yang menjadi OST anime Demon Slayer atau “Nandemonaiya” dari RADWIMPS yang jadi lagu film Your Name. Keduanya punya melodi yang megah dan sangat emosional.
Ketika lagu asing semacam ini muncul, ia tidak terasa asing di telinga kita. Justru terasa seperti “pop Indonesia rasa luar negeri.” Kita merasakan kedalaman emosi tanpa perlu tahu ceritanya. Kita cuma tahu: “Wah, ini lagu galau yang berkualitas.”
- Lirik yang Tak Terpahami
Kekuatan Ini kedengarannya paradoks, tapi lirik yang tidak kita pahami (kecuali bahasa Inggris) justru menjadi kekuatan terbesar sebuah lagu asing untuk viral. Kenapa? - Lolos dari Filter Logika:
Kalau kita dengar lagu Indonesia, kita langsung overthinking dengan liriknya. “Duh, liriknya klise banget!” atau “Ah, ini mah cuma putus cinta biasa.” - Proyeksi Emosi:
Ketika mendengarkan bahasa asing, kita hanya fokus pada vibes. Kita bebas memproyeksikan masalah hidup kita sendiri ke dalam melodi itu. Lagu itu bisa diartikan sebagai patah hati, move on, self-healing, bahkan nostalgia masa kecil. Lirik asing memberi kita kanvas kosong untuk melukis emosi pribadi kita.
BACA ARTIKEL MUSIK MENARIK LAIN NYA DI DUNIA MUSIK
Efek “Jomblo Estetik” dan “Self-Healing”
Di Indonesia, ada tren besar di media sosial untuk mengekspresikan kesepian, kegalauan, atau momen self-healing secara estetik.
- Lagu-lagu viral ini seringkali beriringan dengan trend visual: video timelapse hujan, jalanan sepi di malam hari, atau pemandangan alam yang syahdu.
- Lagu asing yang out of context tapi punya melodi indah sangat cocok untuk meningkatkan level keestetikan konten galau tersebut. Itu membuat kegalauan kita terasa lebih “mewah” dan “filosofis.”
Faktor Eksternal dan Kolaborasi Lokal
Tidak semua lagu asing tiba-tiba jebol sendiri. Seringkali, ada tangan-tangan lokal yang mendorong mereka ke puncak.
- Cover Artist dan Versi Lokal
Ketika sebuah melodi asing mulai ngetop di TikTok, cover artist Indonesia langsung bergerak cepat.
– Mereka akan membuat versi cover dengan vokal Indonesia yang fasih. Ini membantu menjembatani lagu dari dunia niche ke mainstream. Yang dulu takut atau males denger lagu bahasa asing, sekarang malah enjoy banget karena udah ada versi yang mereka paham.
– Bahkan, beberapa cover lokal menjadi lebih viral daripada lagu aslinya, karena kualitas produksinya yang setara atau bahkan lebih baik, ditambah kemampuan mereka untuk mempertahankan soul melo yang disukai telinga Indonesia.
Drama Series dan Film (Drakor Effect)
Kita tidak bisa mengabaikan fenomena Drama Korea (Drakor) dan Original Soundtrack (OST) mereka.
Contoh Lagu: Lagu “That’s My Luv” dari Loco dan Punch yang merupakan OST drama Start-Up dan lagu “I Miss You” dari Soyou yang menjadi OST drama Goblin. Keduanya menjadi backsound andalan untuk video-video sad boy/girl di Indonesia.
Ketika drakor viral, OST-nya otomatis menjadi hit. Lagu itu tidak hanya ear-catchy, tapi sudah punya memori emosional kolektif yang sangat kuat di benak penggemar. Setiap kali lagu itu diputar, kita teringat adegan sad ending atau ciuman pertama di bawah salju. Musik dan emosi visual sudah menyatu.
Platform Streaming yang Agresif
Platform streaming musik juga punya peran. Mereka melihat data penggunaan TikTok dan Reels, dan langsung tahu lagu apa yang sedang banyak di-search.
Mereka akan mendorong lagu itu ke playlist populer seperti “Lagu Viral TikTok Hari Ini” atau “Hits Buat Galau.” Ini mempermudah orang mainstream menemukan dan mendengarkan lagu itu secara penuh di luar aplikasi media sosial.
Kesimpulan: Indonesia, Surga Kedua Musik Asing
Fenomena viralnya lagu asing yang biasa-biasa saja di negara asalnya di Indonesia adalah bukti nyata bahwa kita adalah bangsa dengan selera musik yang sangat terbuka, tapi dengan preferensi emosional yang spesifik. Kita tidak peduli dari mana asalnya lagu itu.
Kita tidak peduli siapa penyanyinya. Kita hanya peduli pada satu hal: Apakah lagu ini punya vibes yang pas?
Jika sebuah lagu punya melodi yang mendayu, beat yang cocok untuk nge-dance minimalis, atau punya aura aesthetic yang pas buat video sunset di Pantai Parangtritis, maka boooom! Ia akan jadi soundtrack hidup seluruh netizen Indonesia, terlepas dari bahasa apa pun liriknya.
Jadi, jangan heran kalau besok-besok ada lagu dari Islandia yang berbahasa Viking tiba-tiba jadi backsound video resep masakan ibu-ibu di Depok. Karena di Indonesia, viralitas itu tidak kenal batas negara, yang penting mood-nya dapat!
Bagaimana menurut kalian? Lagu asing apa yang kalian temukan karena viral di Indonesia, padahal kalian tidak tahu artinya sama sekali? Coba sebutkan di kolom komentar (kalau ada kolomnya, hehe)!

